Refleksi Curriculum Images


CURRICULUM IMAGES

 

 Kurikulum dirancang untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Kurikulum merupakan alat atau perangkat pengalaman belajar yang sangat penting dalam menjamin keberhasilan proses pendidikan, artinya tanpa kurikulum yang baik dan tepat akan sulit mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang dicitacitakan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu“curir” yang artinya pelari dan “curere” yang artinya tempat berpacu. Kurikulum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah kurikulum tersebut berkembang kemudian diterapkan dalam pendidikan. Kurikulum dalam pendidikan diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah (Fujiawati, 2016). Gambar kurikulum menurut Schubert, W. H. (1986) terdapat dua gambaran, yaitu gambar tradisional (Curriculum as: as subject matter, as program of planned activities, as discrete task and concets, and as cultural reproduction), dan gambar progresif (Curriculum as: as experience, as intended learning outcomes, as agenda for social resconstruction, and as currere).

    Berikut ini merupakan refleksi curriculum images dari pengalaman yang pernah dirasakan, dan harapan saya kedepan. Dengan pengalaman dan harapan tersebut semoga kedepannya dapat merancang kurikulum lebih baik lagi dengan mempertimbangkan karakteristik kurikulum:






1.   Curriculum as Subject Matter

Kurikulum disamakan dengan mata pelajaran yang akan diajarkan. Pendidik yang menggunakan gambar ini bermaksud untuk menjelaskan dengan jelas jaringan mata pelajaran yang diajarkan, interpretasi diberikan kepada mata pelajaran tersebut, pengetahuan prasyarat untuk mempelajari mata pelajaran tertentu, dan alasan bagaimana semua mata pelajaran pada tingkat sekolah tertentu cocok dan menyediakan apa yang dibutuhkan pada tingkat itu.

 

·         Pengalaman Pribadi:

Dari pengalaman yang saya rasakan terkait “Curriculum as subject Matter” yaitu Sebagian guru kurang maksimal dalam menjelaskan pelajaran yang diajarkan. Dalam melakukan pengajaran kebanyakan guru hanya menggunakan komunikasi secara satu arah dan jarang sekali terjadi diskusi membahas miskonsepsi murid dengan materi yang diajarkan. Akibat dari komunikasi yang satu arah membuat murid tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran. Terkadang dalam menyampaikan materi guru kurang kreatif dan kurang bervariasi dalam metode penyampaiannya.

·         Harapan:

Harapan saya kedepan yaitu “Curriculum as Subject Matter” lebih dimaksimalin, karena penjelasan dalam materi pembelajaran sangat mempengaruhi kerberhasilan belajar peserta didik. Yaitu dengan memperhatikan cara penyampaian materi terhadap peserta didik dengan komunikasi dua arah melalui keikutsertaan semua anggota kelas baik pendidik maupun peserta didik. Pendidik juga harus lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan ilmu pembelajaran kepada peserta didik agar peserta didik lebih tertarik dalam pembelajaran serta lebih mudah memahami materi pembelajaran yang diberikan.

 

2.      Curriculum as program of planned activities

Berfokus pada pandangan komprehensif dari semua kegiatan yang direncanakan untuk disampaikan kepada siswa, gambar kurikulum ini menggabungkan ruang lingkup dan urutan, interpretasi dan keseimbangan materi pelajaran, perangkat motivasi, teknik pengajaran, dan hal lain yang dapat direncanakan sebelumnya.

·         Pengalaman Pribadi:

Curriculum as program of planned activities atau kurikulum sebagai program kegiatan yang direncakan, sebagian besar telah diterapkan diberbagai sekolah di Indonesia. Dengan membentuk RPP sebagai acuan dalam program kegiatan pembelajaran. Namun jarang sekali pendidik menjelaskan secara rinci apa yang ada didalam RPP.

·         Harapan:

Harapan untuk kedepan Kurikulum sebagai program yang direncanakan dapat ditingkatkan lagi. Dengan memperhatikan isi RPP yang direncanakan. Lalu memperhatikan pula standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, evaluasi, buku yang digunakan sebagai acuan pembelajaran, Teknik pengajaran, perangkat motivasi, serta interpretasi dan keseimbangan materi pelajaran, karena untuk mengetahui materi apa saja yang akan dipelajari dan tujuan apa saja yang harus dicapai sehingga mudah, karena terarah dan merupakan program yang telah terstruktur dalam tiap sekolah.

 

3.      Curriculum as discrete task and concets

Kurikulum dipandang sebagai seperangkat tugas yang harus dikuasai, dan mereka diasumsikan mengarah pada tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Biasanya, tujuan tersebut memiliki interpretasi perilaku tertentu seperti mempelajari tugas baru atau melakukan tugas lama dengan lebih baik. Urutan tugas pembelajaran yang sangat rinci diidentifikasi yang membangun keterampilan yang lebih besar; ini diterapkan dan akhirnya tes akhir dilakukan.

·         Pengalaman Pribadi:

Kurikulum sebagai tugas dan konsep yang harus dikuasai sudah dijalankan diberbagai sekolah, seperti adanya sebuah Latihan, PR( Pekerjaan Rumah), praktikum, dan tes ujian akhir. Yang dimana kegiatan- kegiatan tersebut dinilai dan diperhitungkan nilainya dengan standar kelulusan yang ada disekolah, namun masih ada beberapa pendidik jarang memberikan tugas praktek untuk meningkatkan kepahaman peserta didik, dan juga penilaian terhadap keaktifan peserta didik.

·         Harapan:

Untuk kurikumlum kedepan saya berharap curriculum as discrete task and concets lebih dimaksimalkan lagi, dengan memperhatikan konsep pembelajaran, tugas yang diberikan, dan penilaian yang lebih baik lagi. Sebelum memberikan tugas harus dijelaskan materinya terlebih dahulu secara singkat, lalu dapat dilakukan sebuah praktek terjun ke lapangan langsung contohnya pada materi pembelajaran kimia diadakan praktikum di laboratorium agar peserta didik dapat memahaminya secara baik dan dapat mempraktekkan secara langsung. Dan untuk penilaian tidak hanya dinilai pada hasil akhir tapi harus juga dilihat dalam proses pembelajaran seperti keaktifan saat pembelajaran berlangsung.

 

4.      Curriculum as cultural reproduction

Beberapa berpendapat bahwa kurikulum dalam masyarakat atau budaya mana pun adalah dan harus menjadi cerminan budaya itu. Tugas sekolah adalah mereproduksi pengetahuan dan nilai-nilai yang menonjol untuk generasi penerus. Komunitas, negara bagian, atau bangsa memimpin dalam mengidentifikasi keterampilan, pengetahuan, dan penghargaan yang akan diajarkan. Ini adalah tugas pendidik profesional untuk melihat bahwa mereka diubah menjadi kurikulum yang dapat disampaikan kepada anak-anak dan remaja. Salah satu karakteristik kurikulum yang menerima dukungan adalah pendapat yang menyatakan, bahwa kurikulum harus merefleksikan suatu budaya masyarakat tertentu.

·         Pengalaman Pribadi:

Curriculum as cultural reproduction itu sudah diterapkan namun hanya di mata pelajaran tertentu, seperti hanya dipelajaran yang bersifat social, budaya dan agama.

·         Harapan:

Kurikulum sebagai reproduksi budaya harus dikembangkan lagi disetiap mata pelajaran yang di ajarkan disekolah dengan mengkaitkan antara materi pembelajaran dan budaya yang ada. Agar peserta didik lebih mengetahui fungsi dari pembelajaran yang ada dengan budaya yang ada di Indonesia ini, contohnya dapat melalui cerita cerita zaman dahulu dengan mengkaitkan materi.

 

5.      Curriculum as experience

Posisi ini berpendapat bahwa sarana dan tujuan pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari satu proses yaitu pengalaman. Untuk memperhatikan pengalaman seseorang secara reflektif dan berusaha terus menerus untuk mengantisipasi dan memantau konsekuensi dari pemikiran dan tindakan seseorang relatif terhadap kebaikan yang mereka bawa adalah kurikulum yang terus berkembang. Guru adalah fasilitator pertumbuhan pribadi, dan kurikulum adalah proses merasakan makna dan arahan yang muncul dari dialog guru dan siswa.

·         Pengalaman Pribadi:

Beberapa pendidik telah melakukan kurikulum sebagai pengalaman, yang dimana pengalaman tersebut diingat sampai sekarang seperti dilakukannya diskusi bersama lalu mendapatkan jawabannya. Pendidik juga menjelaskan materi pembelajaran yang diajarkan dengan cerita pengalaman dari pendidik yang pernah dilalui, sehingga materi pembelajaran yang dibawakan terlihat ringan dan mudah dipahami.

·         Harapan:

Curriculum as experience harus dibuat lebih baik lagi karena pengalaman merupakan sebuah pembelajaran yang sangat berharga dan bermakna bagi seseorang dan mudah diingat. Contohnya engalaman dapat dilakukan melalui diskusi memecahkan sebuah permsalahan dalam pembelajaran melalui pengalaman yang ada di peserta didik ataupun pendidik. Melakukan sebuah experience di kegiatan Bersama.

 

 

6.      Curriculum as intended learning outcomes

Kurikulum seharusnya tidak menjadi kegiatan tetapi harus fokus langsung pada hasil pembelajaran yang diinginkan. Ini menggeser penekanan dari sarana ke tujuan. Hasil pembelajaran yang dimaksudkan adalah cara mudah untuk menentukan tujuan. Tujuan nya serangkaian atau urutan hasil pembelajaran yang terstruktur ditetapkan; semua kegiatan, pengajaran, desain lingkungan, dan sejenisnya melayani perolehan tujuan yang ditentukan.

·         Pengalaman Pribadi:

Curriculum as intended learning outcomes sudah dilaksanakan oleh Sebagian pendidik, seperti yang sudah direncakan dalam sebuah RPP yang terdapat tujuan dari pembelajaran yang dimana tujuan pembelajaran tersebut merupakan harapan yang diinginkan dari pendidik.

·         Harapan:

Saya berharap kedepannya Curriculum as intended learning outcomes lebih diseriuskan lagi, apalagi pada saat penjelasan RPP pembelajaran harus dijelaskan secara rinci agar peserta didik memahami tujuan dari materi pembelajaran yang diajarkan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai. Serta dalam menyampaikan sebuah materi pembelajaran harus lebih baik lagi dengan memperhatikan karakteristik peserta didik agar materi pembelajaran tersebut dapat diterima dengan baik.

 

7.      Curriculum as agenda for social resconstruction

Kurikulum ini berpendapat bahwa sekolah harus menyediakan agenda pengetahuan dan nilai yang memandu siswa untuk meningkatkan masyarakat dan lembaga budaya, kepercayaan, dan kegiatan yang mendukung.

·         Pengalaman Pribadi:

Kurikulum sebagai agenda rekonstruksi social sangat jarang sekali dilakukan oleh pihak sekolah untuk memandu mahasiswa dalam pengabdian kepada masyarakat sekitar.

·         Harapan:

Curriculum as agenda social resconstruction harapan saya kedepannya dapat dilaksanakan agar peserta didik dapat mengetahui manfaat dan perannya terkait pembelajaran yang diajarkan. Dan harapan saya kedepannya pendidik ataupun pihak sekolah dapat mendukung kegiatan kegiatan yang dilakukan peserta didik yang berkaitan dengan social ataupun masyarakat. Hal ini juga dapat mengasah berpikir kritisnya peserta didik terkait permasalahan yang ada di lingkungan sekitar ataupun permasalahan nasional dan internasional lainnya.

 

 

8.      Curriculum as currere

Hal ini menekankan terhadap kapasitas individu mencari makna di tengah pusaran peristiwa saat ini, bergerak secara historis ke masa lalunya sendiri untuk memulihkan dan menyusun kembali asal-usulnya, dan membayangkan serta menciptakan kemungkinan arah masa depannya sendiri.

·         Pengalaman Pribadi:

Dalam pengalaman saya karakteristik curriculum as currere tidak terlalu banyak diterapkan oleh pendidik dalam pembelajaran. Kebanyakan pendidik hanya menyampaikan materi dalam bentuk satu arah yang mengakibatkan peserta didik kurang kritis dalam kegiatan pembelajaran.

·         Harapan:

Harapan saya kedepan  Curriculum as currere dapat dilaksanakan dengan baik, dengancara melibatkan peserta didik lebih aktif lagi dan kritis dalam kegiatan pembelajaran agar mendapatkan makna dari pembelajaran tersebut. Hal ini juga dapat dilakukan dengan 4 langkah yaitu: Remember,  Idealise, Analyse, dan Synthesise. Dengan melakukan 4 langkah tersebut dapat diharapkan Individu menjadi lebih memahami diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia. Sehingga peserta didik dapat mengkonsepkan dirinya sendiri.

 

Penulis:

 Istimrariyyah Shulbah

Sumber Pustaka:

Fujiawati, F. S. (2016). Pemahaman Konsep Kurikulum dan Pembelajaran Dengan Peta Konsep Bagi Mahasiswa Pendidikan Seni. Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni , Vol.1, No.1. page 18-19.

Schubert, W. H. (1986). Portrayal: The Curriculum Field. Curriculum: Perspective, paradigm and possibility.

 

 

 

 

 

Komentar